Kelompok: 3
Nurhalimah (116040158)
Fariz Gifari Akbar (116040159)
Ina Rosdiana (116040160)
Fariz Gifari Akbar (116040159)
Ina Rosdiana (116040160)
Mitos yang selama ini dianut oleh masyarakat awam dan
sebagian klinisi atau dokter bahwa MSG berbahaya adalah salah. Ternyata MSG
atau vetsin aman untuk digunakan atau dikonsumsi dalam makanan sehari-hari.
Berbagai mitos tentang efek samping MSG tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat,
sehingga seluruh badan pengawasan makanan dunia masih menggolongkan MSG sebagai
bahan yang “Generally Regarded as Safe” (GRAS) dan tidak menentukan berapa
batas asupan hariannya. Bila terjadi kontroversi tentang suatu masalah
sebaiknya merujuk perbedaan pendapat tersebut tertuju pada penelitian ilmiah
atau rekomendasi resmi institusi kesehatan internasional yang kredibel. Dalam
dunia kedokteran modern pendapat seorang dokter ahli atau bahkan seorang
profesor pun tidak akan berlaku selama bertentangan dengan fakta ilmiah atau
rekomendasi resmi institusi kesehatan yang kredibel.
MSG yang kita kenal Mono Sdium Glutamat pertama kali di
Jepang pada tahun 1909. Perusahaan pertama yang memproduksi secara massal
adalah Ajinomoto. Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan masakan dari
masyarakat yang terus meninggkat, kemudian muncullah merk-merk dagang MSG
lainnya.
MSG berawal dari penelitian Prof. Kikunae Ikeda (1908) yang
menemukan bahwa Glutamat sumber rasa gurih (dalam bahasa jepang disebut umami)
saat itu berhasil mengisolasi glutamat dari kaldu rumput laut dari jenis Kombu.
Setahun kemudian Saburosuke Suzuki mengkomersialkan glutamat yang diisolasi
oleh Ikeda.
Kandungan MSG
Badan-badan kesehatan dunia saat ini seperti JEFCA (FAO+WHO
khusus bahan pangan), Komunitas Kesehatan Eropa, US FDA dan BPOM pun mengamini
hal tersebut, karena menyatakan aspek keamanan nya dan memberikan batas asupan
harian dalam penggunaan MSG adalah NOT SPECIFIED atau secukupnya. Tidak ada
penetapan angka dalam penggunaanyadalam mengkonsumsi MSG. Di Amerika, pengunaan
MSG dimasukan dalam kategori GRAS (Generally Recognized as Safe) sama seperti
penggunaan garam, gula dan soda kue dalam pengguaanya.
Mitos Negatif Mengenai MSG
Isu-isu negatif yang beredar tidak didasari oleh
kajian-kajian ilmiah yang diakui kredibilitasnya. Ada beberapa penelitian
memvonis MSG sebagai sumber penyakit ternyata menggunakan metode penelitian
yang rancu dan tidak relevan dalam pengguaan MSG dalam kehidupan sehari-hari.
Mitos Salah Yang Terlanjur
Dipercayai
Dalam laporannya pada FDA, FASEB mengemukakan fakta-fakta
ilmiah sebagai berikut di bawah ini:
MSG bukan menyebabkan timbulnya Chinese Restaurant
SyndromeMSG dituduh sebagai biang keladi penyebab berbagai keluhan, yang
disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari
kejadian ketika seorang dokter di Amerika makan di restoran China, kemudian
mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Sindrom ini terjadi disinyalir
lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Laporan ini kemudian dimuat pada
New England Journal of Medicine pada 1968.Secara lengkap, sindrom atau kumpulan
gejala itu terdiri atas: (1) Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan
atas, dan dada; (2) Rasa penuh di wajah; (3) Nyeri dada; (4) Sakit kepala; (5) Mual;
(6) Berdebar-debar; (7) Rasa kebas di belakang leher menjalar ke lengan dan
punggung; (8) Rasa kesemutan di wajah, pelipis, punggung bagian atas, leher,
dan lengan; (9) Mengantuk; (10) Lemah.
Berbagai penelitian ilmiah selanjutnya tidak menemukan adanya
kaitan antara MSG dengan sindrom restoran China ini. Faktanya, mungkin ada
sekelompok kecil orang yang bereaksi negatif terhadap MSG sehingga mengalami
hal-hal tersebut. Gejala Chinese Restaurant Syndrome amat mirip dengan gejala
serangan jantung.Gejala Chineese Restaurant Syndrome ternyata juga mirip gejala
reaksi simpanmg makanan atau gejala alergi. Ternyata alergi makanan dan
hipersensitifitas makanan dapat menyebabkan gangguan semua organ tubuh termasuk
gangguan pembuluh darah, otak, dan gangguan otot dan tulang. Penderita penyakit
jantung yang mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG bisa terkecoh
oleh gejala ini. Mereka bisa menyangka telah terkena CRS padahal
sebenarnya sedang terkena serangan jantung.
Peringatan bagi penderita penyakit jantung! Namun belum
jelas berapa persen dari penduduk yang mengalami hal ini. Selain itu, reaksi
negatif MSG ini baru muncul bila orang tersebut makan sedikitnya 3 gram MSG
tanpa makanan (dalam kondisi perut kosong). Keadaan ini bisa dikatakan sangat
jarang terjadi, karena MSG biasanya dicampurkan ke dalam masakan. Selain itu,
terdapat juga bahan makanan lain, terutama karbohidrat, yang dimakan bersamaan
dengan MSG.Apakah benar MSG menimbulkan sesak nafas pada penderita asma?
Sesak nafas pada penderita asma setelah mengonsumsi MSG
mungkin terjadi bila penyakit asmanya tidak terkontrol atau tidak diobati sebagaimana
mestinya. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan MSG sebagai
peneyebab alergi.Sementara untuk dugaan antara konsumsi MSG dengan timbulnya
lesi (luka) pada otak, munculnya penyakit Alzheimer, Huntington Disease,
amyotopic lateral sclerosis, dan penyakit kronis lainnya, FDA telah mengambil
tindakan. Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat ini telah meminta
FASEB untuk menelaah ulang semua penelitian tentang efek kesehatan MSG.Laporan
final FASEB diterbitkan dalam buku setebal 350 halaman untuk FDA pada tanggal
31 Juli 1995. Berdasarkan laporan ini, FDA berpendapat bahwa tidak ada bukti
ilmiah apa pun yang membuktikan bahwa MSG atau glutamat menyebabkan lesi otak
dan penyakit kronis.
Aman dikonsumsi
Tahun 1987, Joint Expert Committee on Food
Additives(JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG
dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman dokonsumsi dan tidak
berpengaruh pada kesehatan tubuh. Pernyataan ini diperkuat oleh European
Communities Scientific Committee for foods pada tahun 1991. Selanjutnya,
Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995
menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya
garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh.
Untuk ibu hamil Bukti klinis memang belum ada. Namun FDA
mengganggap MSG aman-aman saja buat ibu hamil. Belum terbukti ibu hamil yang
mengonsumsi makanan mengandung MSG akan melahirkan bayi yang mengalami gangguan
kesehatan. Penelitian baru dilakukan terhadap tikus hamil yang diberi MSG bubuk
dalam dosis tinggi, 4 mg/hari, yang hasilnya menunjukkan MSG mampu menembus
plasenta dan otak janin menyerap MSG dua kali lipat daripada otak induknya.
Sepuluh hari setelah lahir, anak-anak tikus ini lebih rentan mengalami kejang
dibanding dari induk yang tidak mengonsumsi MSG. jadi mengingat apa pun
yang masuk ke ibu akan diaslurkan oleh plasenta ke janin, sebaiknya ibu hamil
mengurangi konsumsi MSG.
Sumber
: https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/08/01/mitos-salah-tentang-msg- fakta-ilmiah-msg-aman/
Komentar
Posting Komentar